Mentawai sebagai Pusat Budidaya Lobster Sumatera Barat: Peluang dan Hambatan.


Mentawai sebagai Pusat Budidaya Lobster Sumatera Barat: Peluang dan Hambatan.

Disusun Oleh: Siti Fadilla

Kepulauan Mentawai memang memiliki keindahan alam yang luar biasa, terutama pantainya yang indah dan ombaknya yang menarik bagi peselancar mancanegara. Selain itu, potensi perikanan lobster di Mentawai juga sangat besar. Kondisi perairan yang jernih, teluk yang terlindung, serta tradisi kuat masyarakat pesisir dalam mengelola sumber daya laut menjadikan Mentawai sebagai salah satu wilayah prioritas untuk budidaya lobster di Sumatera Barat. Potensi ini dapat menjadi peluang besar untuk pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

Mentawai sebagai Lokasi Budidaya

Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah memetakan lokasi pengembangan lobster di tiga wilayah utama: Padang, Pesisir Selatan, dan Kepulauan Mentawai. Pemetaan ini dilakukan bersama IPB dan Universitas Bung Hatta, dengan menilai aspek daya dukung lingkungan, daya tampung keramba jaring apung (KJA), hingga ketersediaan benih bening lobster (BBL) (mongabay 2023)

Salah satu contoh lokasi potensial adalah perairan Sikakap (Pagai Selatan, Mentawai). Kawasan ini memiliki arus stabil, terlindung dari gelombang besar, dan akses logistik yang relatif memadai. Bahkan, teknologi KJA submersible (keramba apung yang ditenggelamkan 6–8 meter) mulai diperkenalkan agar budidaya tetap aman dari gelombang serta menjaga kualitas air.

Spesies Unggulan

Jenis lobster yang menjadi fokus utama di Mentawai adalah:

  • Lobster mutiara (Panulirus ornatus), bernilai tinggi di pasar ekspor.

  • Lobster pasir (Panulirus homarus), lebih melimpah di alam dan populer untuk budidaya.

Kedua spesies ini termasuk komoditas utama yang dikembangkan oleh pembudidaya di Indonesia. Pemerintah Sumbar juga menegaskan bahwa budidaya lobster mutiara dan pasir menjadi prioritas pengembangan perikanan di daerah tersebut (ANTARA Sumbar, 2023).

Selain itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menerbitkan panduan teknis pemeliharaan, pakan, serta pengelolaan kualitas air untuk mendukung keberhasilan pembesaran lobster (KKP,2020)

Data Produksi Perikanan Mentawai

Menurut data (BPS Sumatera Barat, 2023), tabel Volume Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya menurut Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa Mentawai tercatat sebagai salah satu sentra budidaya perikanan, meskipun angka spesifik lobster sering digabungkan dengan kategori komoditas lain.

Sementara itu, publikasi (Statistik Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai,2024) mencatat produksi perikanan tangkap laut di Mentawai tahun 2023 mencapai sekitar 10 ribu ton dengan nilai lebih dari Rp250 miliar. Angka ini menggambarkan besarnya peran sektor kelautan di daerah tersebut, meskipun belum dirinci khusus untuk lobster.

Pasar dan Regulasi

Permintaan ekspor lobster hidup dari Indonesia terus meningkat, terutama dari Hong Kong, Tiongkok, Korea, dan Singapura. Harga lobster mutiara bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Namun, pemerintah pusat melalui KKP memperketat tata kelola ekspor benih bening lobster (BBL) untuk mencegah eksploitasi berlebihan. Benih tersebut kini diarahkan untuk pembesaran di dalam negeri, termasuk di Mentawai (mongabay 2023).

Tantangan Keberlanjutan

Ekspor terhenti sejak 2022 – menurut laporan (Mongabay, 2022) “Sejak 2022, tidak ada ekspor lobster laut dari Sumatera Barat. Hal itu dikarenakan penurunan jumlah tangkapan dari nelayan yang terdampak cuaca buruk dan tidak adanya kapal pengangkut untuk ekspor.” Selain itu, pengiriman lobster domestik juga menurun dari 166.629 ekor senilai Rp12,6 miliar pada 2022 menjadi 153.008 ekor senilai Rp11,4 miliar pada 2023

Rekomendasi Pengembangan

1.  Zonasi Budidaya – sesuaikan dengan RZWP3K Sumbar agar kegiatan budidaya selaras dengan kemampuan lingkungan perairan.

2. Adopsi Teknologi – gunakan KJA submersible dan standar teknis KKP untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan.

3. Penguatan Rantai Pasok – siapkan infrastruktur pendinginan dan jalur distribusi menuju Bandara Internasional Minangkabau untuk pasar luar negeri.

4. Kelembagaan – dorong pembentukan koperasi pembudidaya agar akses modal, benih yang sah, dan proses pemasaran lebih mudah.

Penutup

Dengan lokasi yang strategis dan sumber daya alam yang melimpah, Mentawai memiliki peluang besar untuk menjadi pusat budidaya lobster di Sumatera Barat. Namun, agar peluang ini tidak berujung pada eksploitasi yang berlebihan, diperlukan pengelolaan yang berlandaskan data, teknologi yang tepat, serta partisipasi dari masyarakat setempat.

Jika dilakukan secara terus menerus, hasil budidaya lobster dari Mentawai tidak hanya bisa mendukung perekonomian daerah, tetapi juga bisa menjadi produk unggulan Indonesia yang diterima di pasar dunia.



Comments

Popular posts from this blog

‘’Dermaga TPI dan Ekspor Ikan Dumai: Memperkuat Ekonomi Kelautan Pesisir’’

🌊 Transformasi Limbah Ikan Menjadi Produk Bernilai Ekonomi 🌊

Global Blue Economy: Analysis, Developments, and Challenges Md. Nazrul Islam, Steven M. Bartell (Translate Indonesia)