Lima Pilar Ekonomi Biru, Arah Baru Pembangunan Kelautan Indonesia

Penulis: Aulia Andinsa


 Lima Pilar Ekonomi Biru, Arah Baru Pembangunan Kelautan Indonesia


Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap ekonomi biru sebagai strategi utama pembangunan kelautan dan perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan lima kebijakan kunci yang akan menjadi pondasi pengelolaan laut nasional.

Langkah ini tidak hanya berorientasi pada peningkatan nilai ekonomi, tetapi juga memastikan keberlanjutan ekosistem laut—sebuah keseimbangan yang kerap menjadi tantangan di negara kepulauan terbesar di dunia. Simak lima kebijakan yang ditetapkan KKP, meliputi:

  • Kawasan Konversi Laut 

Targetnya 30% wilayah perairan Indonesia menjadi kawasan konservasi pada 2045. Ini untuk menjaga stok ikan, biodiversitas laut, serta mengurangi tekanan dari eksploitasi berlebihan.

  • Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota

Bukan lagi siapa cepat dia dapat. Sistem kuota diterapkan agar pemanfaatan sumber daya ikan lebih adil, terkendali, dan berkelanjutan—mencegah overfishing sekaligus memberi ruang regenerasi ekosistem laut.

  • Pengembangan Budidaya Perikanan Berkelanjutan

Fokus pada komoditas unggulan seperti udang, rumput laut, dan tilapia. Budidaya berbasis teknologi ramah lingkungan diharapkan menjadi motor ekspor baru Indonesia.

  • Pengawasan Wilayah Pesisir dan Laut

Teknologi satelit, sistem pemantauan kapal, hingga patroli laut akan ditingkatkan. Tujuannya jelas: menekan praktik illegal fishing yang selama ini merugikan negara ratusan triliun rupiah setiap tahun.

  • Penanganan Sampah Plastik Laut

Indonesia menargetkan pengurangan sampah plastik laut hingga 70% pada 2025. Program “Gerakan Laut Sehat” terus digencarkan dengan melibatkan komunitas nelayan, LSM, hingga korporasi.


 Mengapa Ekonomi Biru Penting?

Konsep ekonomi biru bukan sekadar jargon. Menurut data Bank Dunia, potensi ekonomi kelautan Indonesia diperkirakan mencapai USD 280 miliar per tahun. Namun, tanpa tata kelola yang berkelanjutan, angka ini bisa jadi hanya mimpi.

Ekonomi biru memberi pendekatan baru: laut bukan hanya “tambang ikan raksasa” tapi juga modal ekologis yang harus dijaga. Dengan strategi ini, laut tetap produktif bagi ekonomi sekaligus sehat untuk generasi mendatang.


Tantangan di Masa Depan

Meski terlihat menjanjikan, implementasi lima kebijakan ini menghadapi sejumlah tantangan:

  • Nelayan tradisional masih khawatir akan berkurangnya ruang tangkap akibat sistem kuota.

  • Pendanaan dan investasi untuk teknologi pemantauan laut belum merata di daerah.

  • Sampah plastik masih jadi PR besar, mengingat sebagian besar limbah pesisir masih berasal dari daratan.


Menuju 2045: Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia
Dengan arah kebijakan yang lebih terukur, Indonesia sedang membangun fondasi agar pada 2045 bisa berdiri sebagai poros maritim dunia. Kuncinya ada di keseimbangan: ekonomi tumbuh, nelayan sejahtera, dan laut tetap lestari.

Bagaimana menurutmu, apakah kebijakan ekonomi biru ini akan benar-benar dirasakan nelayan kecil? Atau justru lebih banyak menguntungkan industri besar? Yuk, tinggalkan pendapatmu di kolom komentar!




Comments

Popular posts from this blog

‘’Dermaga TPI dan Ekspor Ikan Dumai: Memperkuat Ekonomi Kelautan Pesisir’’

🌊 Transformasi Limbah Ikan Menjadi Produk Bernilai Ekonomi 🌊

Global Blue Economy: Analysis, Developments, and Challenges Md. Nazrul Islam, Steven M. Bartell (Translate Indonesia)